Ayu Rikza: Baca, Baca, Baca, Bicara
Bagaimana kita bertindak dan berbicara menunjukkan apa yang kita baca, apa yang kita tahu.
Begitulah ungkapan
sosok cantik Ayu Rikza, alumni BPUN Pati 2017. Mahasiswa Hubungan
Internasional, UPN Jawa Timur ini ternyata telah terbiasa membaca banyak sumber,
sehingga tidak menjadi sebuah kekeliruan jika Rikza, sapanya, terus berproses dengan
kemampuan berpikir kritis dan gagasan-gagasan luar biasanya yang akhirnya
membawa Rikza meraih kejuaraan di berbagai lomba.
Dalam sebuah kesempatan, kami berhasil mewawancarai santriwati yang
berasal dari Rembang, Jawa Tengah ini. Berikut adalah obrolan singkat
seputar Rikza, dan pengalamannya:
Sejauh yang kami tahu, Rikza telah banyak memenangkan
kompetisi debat. Nah, kira-kira sejak kapan Rikza menyadari bakat untuk speak up?
Sebenarnya speak up itu bukan bakatku. Speak up itu hanya salah satu caraku
menyampaikan kritisme atau critical
thinking yang aku punya. Dari dulu, dari aku kecil banget, aku suka baca. Baca-baca
soal teori, ensiklopedia, dan sastra. Nah, hal-hal yang aku baca itu membantu
mengonstruksi pemikiran-pemikiran dan pengetahuan-pengetahuanku yang pada
akhirnya sangat membantu aku melihat suatu fenomena. Sehingga ketika aku
melihat fenomena, aku bisa menilai, oh ini ada kurangnya, ada lebihnya, ini
benar, ini salah. Dari situlah muncul critical
thingking tersebut. Dari penilaian tersebut, aku bisa tahu sesuatu bisa
diubah dan banyak cara untuk mengubahnya.
Dalam menyampaikan pemikiran dan gagasan-gagasanku, aku biasanya menulis. Dengan menulis, aku bisa menyampaikan apa yang aku pikirkan. Pada dasarnya, dari dulu aku memang suka tampil di depan umum. Maksud aku di sini adalah aku senang secara langsung berhadapan dengan masyarakat dan berbagi pengetahuanku. Dari situ aku mulai berpikir bahwa kritismeku ini tidak boleh berhenti di sini, gagasan-gagasanku ini harus disebarkan ke orang lain, ke orang banyak baik melalui oral maupun tulisan. Apalagi jika kita mengacu pada masyarakat pada umumnya yang minim sekali minat untuk membaca. Sehingga berbicara merupakan salah satu caranya. berdasarkan inilah aku mulai tertarik berbicara.
Dalam menyampaikan pemikiran dan gagasan-gagasanku, aku biasanya menulis. Dengan menulis, aku bisa menyampaikan apa yang aku pikirkan. Pada dasarnya, dari dulu aku memang suka tampil di depan umum. Maksud aku di sini adalah aku senang secara langsung berhadapan dengan masyarakat dan berbagi pengetahuanku. Dari situ aku mulai berpikir bahwa kritismeku ini tidak boleh berhenti di sini, gagasan-gagasanku ini harus disebarkan ke orang lain, ke orang banyak baik melalui oral maupun tulisan. Apalagi jika kita mengacu pada masyarakat pada umumnya yang minim sekali minat untuk membaca. Sehingga berbicara merupakan salah satu caranya. berdasarkan inilah aku mulai tertarik berbicara.
Sejak duduk di
madrasah tsanawiyah, aku pernah jadi sekretaris OSIS dan pratama pramuka
sehingga membawaku bertemu banyak orang dan berani berbicara. Selain itu, aku
sering mewakili sekolah untuk memresentasikan hasil karya-karyaku seperti
dampak internet untuk kita. Ketika SMA, aku juga masih aktif menulis karena
menurutku selain berbicara, menulis penting untuk menyampaikan pendapat juga. Bahkan, aku
pernah dimusuhin satu sekolah karena mengeritik sistem ujian di sekolahku di
mana guru yang mudah memberikan soal, kisi-kisi, beserta jawabannya dan
menyontek saat ujian nasional. Selama di dunia
perkuliahan, aku juga tetap aktif. Bahkan pada penyambutan mahasiswa baru fakultas,
aku mendapat predikat maba terbaik waktu itu karena aktif mengritik dan
menyampaikan pendapat. Di situlah aku mulai dikenal dan diajak temenku mengikuti
kompetisi debat pertama kali tentang sosial politik di UNAIR. Alhamdulillah, mendapat juara empat.
Debat itu
bukan sebagai tempat terpentingku mengembangkan skill sih, tapi justru ormawa. Aku
terpilih menjadi sekretaris jenderal sehingga banyak prestasi yang aku dapat. Dari
itu, aku banyak belajar cara terbaik untuk menyampaikan pemikiran ke masyarakat
karena sebagus apapaun gagasan kita, kalau tidak disampaikan dengan cara yang
benar, akan menimbulkan kesalahpahaman.
Bagaimana cara (melalui apa) Rikza menyampaikan pendapat atau
mengritik secara terang-terangan ketika masih seusia anak sekolah?
Aku menggunakan Facebook sebagai platform menulis. Karena aku juga anak organisasi, aku banyak
berteman dengan guru-guru di sosial media sehingga mudah sekali untuk viral. Selain itu,
aku juga terkadang menyampaikan langsung
ke pembimbing atau di depan kelas. Sebenarnya, keberanianku mulai tumbuh ketika
kelas 4 SD waktu ditantang untuk bernyanyi sendirian di perpisahan kakak kelas.
Terkadang pendapat yang kita sampaikan
dapat menimbulkan penolakan seperti yang telah Rikza ceritakan sebelumnya yang
di mana resiko tersebut bisa membuat seseorang takut. Bagaimana cara Rikza me-manage diri untuk menghadapi resiko
tersebut?
Rasa takut itu
bisa aku tangani dengan diriku sendiri. Jadi, ketika apa yang kamu bicarakan
benar, ya sudah. Ketika kamu berargumen atau mengritik sesuatu, pertama kamu
harus tahu resiko apa yang akan kamu dapat. Jadi semuanya sudah kamu set dari awal. Misalnya aku akan dijauhi
orang, jadi mentalnya sudah aku persiapkan untuk menghadapi konsekuensinya. Nah,
untuk menangani ketakutanku itu, aku alihkan fokusku tidak pada orang-orang
yang menolakku, tapi pada hal-hal yang membantuku terus berkembang. Misalnya dulu
aku benar-benar dapat penolakan dari satu sekolah, aku tetap berdiri di atas
pendirianku dan terus mengasah pengetahuanku dengan membaca. Pokoknya jangan
takut, toh nantinya masyarakat akan tahu mana yang benar, mana yang salah. Setidaknya
dengan kamu berbicara, kamu telah membuka satu jalan agar mereka tahu.
Berarti yang terpenting yang menjadi dasar speak up itu adalah self-confidence dan background
knowledge?
Iya, penting
banget. Menurutku pengetahuan itu basic untuk
speak up. Orang-orang yang memiliki public speaking yang bagus, pasti mereka
memiliki pengetahuan. Tidak mungkin mereka berbicara tanpa background. Sekalipun self-confidence
bagus, tapi tidak memiliki pengetahuan yang banyak, apa yang kamu bicarakan
itu cuma sampah. Kepercayaan diri yang bagus harus diimbangi dengan pengetahuan
yang beragam juga.
Apakah background
Rikza yang suka berpikir kritis dan memiliki keberanian berpendapat ini menjadi
salah satu alasan Rikza akhirnya mendalami bidang hubungan internasional di
bangku perguruan tinggi?
Tidak juga,
karena alasanku sebenarnya karena dari dulu aku suka belajar masalah Timur
Tengah, politik, dan negara-negara. Ekspektasiku aku akan belajar Bahasa Arab
di HI, tapi ternyata lebih ke bidang politik dan ekonomi. Tapi poin yang aku
dapat adalah aku bisa menyalurkan gagasan-gagasanku melalui paper-paper yang diwajibkan di setiap
mata kuliahku.
Apa aja organisasi yang Rikza ikuti yang
bisa membantu Rikza mengonstruksi kritisme dan seperti apa bentuk kegiatannya?
Untuk membantu
aku belajar speak up dan sebagainya
itu yang pertama FNKSBA (Front Nahdliyin untuk Kedaulatan Sumber Daya Alam). Di
FNKSBA ini kami dilatih untuk menjadi santri yang progresif. Kami belajar
teori-teori politik, ekonomi, dan riset yang kemudian aplikaisnya nanti di
advokasi masyarakat. Selain itu, aku bergabung di GBLM. Di sini aku belajar
permasalahan mahasiswa, menyerap aspirasi mereka, mengolah dan memformulasikan
aspirasi mereka dalam bentuk undang-undang. Kemudian memertanggungjawabkannya
di KM itu membuat aku terus mau belajar di organisasi ini. Selain itu aku juga dipercayai
sebagai asisten lab di bidang keamanan dan terorisme dan sekarang sedang ada
proyek untuk memberdayakan teman-teman eks-terorisme yang kerja sama dengan
Ruang Ngobrol. Proses disuse inilah yang terus mengasah kami untuk berpikir
kritis yang memberi pengetahuan dari berbagai sisi. Terkadang orang-orang
berpikir bahwa pemikiranku kaku, bahkan radikal. Tapi aku enjoy-enjoy aja sih.
Dari buku-buku yang Rikza baca, adakah buku
dan/atau penulis yang sangat inspiratif buat Rikza?
Aku sebenarnya
tidak memiliki inspirator yang spesifik, tapi ungkin yang pertama itu Novel
Laskar Pelangi yang pertama kali membuat aku jatuh cinta dengan membaca dan
literasi. Selanjutnya adalah Buku On
Being A Muslim karya Farid Esack, tentang bagaimana kamu jadi
muslim di mana muslim itu tidak hanya percaya dengan Tuhan dan ayat-ayat-Nya,
tetapi juga harus bisa berpikir rasional. Itulah yang membawaku berpikir bahwa
agama harus dibarengi dengan akal.
Selain
itu ada Nawawi Al-Bantani yang merupakan ulama yang aku suka banget karya-karyanya.
Imam Al-Ghazali melalui teori-teorinya di Minhajul Abidin. Karya K. H. Hasyim
As’ari tentang ahlussunnah wal jamaah. Banyak sih yang aku suka, tapi yang
lagi aku suka saat ini itu karya dari Ibu Sinta Nuryah. Jadi, beliau itu perbah
emnulis Jurnal Pemberdayaan Perempuan tentang pentingnya perempuan di politik. Itu
lah yang mengantarkanku sebagai perempuan selain memiliki tupoksi domistik,
kita juga harus progresif. Kalau ada ungkapan sholat adalah tiang agama, maka
perempuan adalah tiang negara.
Hidup itu bukan soal kita nanti menjadi apa tapi tentang bagaimana kita bisa berkontribusi untuk menerjemahkan fenomena-fenomena yang ada di hidup kita. Nah, penerjemahan-penerjemahan tersebut harus dapat membuat kita semakin bijak dan menjadikannya gagasan untuk perubahan. Untuk dapat berada di titik tersebut, kita perlu pengetahuan yang bisa ki dapat melalui membaca. Semakin kita membaca, akan semakin bisa melihat berbagai sudut pandang untuk menerjemahkan hidup. Pemikiran kita dikonstruksi oleh apa yang kita baca, obrolin, dan kita tonton. Tapi jangan berhenti sampai membaca saja, ketika sudah tahu, kita harus paham bahwa kewajiban orang yang berilmu adalah mengalamalkan ilmu tersebut agar menjadi manfaaf di dunia dan akhirat. - Ayu Rikza, 2019
Employment
History
Work
History
2015-2017 Radio Announcer in Yespeace Radio
Academic
Positions
2020 Lecturer assistant of International
Relations Theory Subject in Hubungan Internasional University of Pembangunan
Nasional “Veteran” Jawa Timur
2019 Researcher Assistant at IR-CGAS
2019 Laboratorium Assistant in International
Relations Department
2018 Lecturer Assistant of Introduction to
International Relations Subject in Hubungan Internasional Universitas
Pembangunan Nasional "Veteran" Jawa Timur
Training
2019 “Zero Waste Research” training held by
ECOTON
2019 N1 National University Debating
Competition held by KEMENRISTEKDIKTI
2019 IPSR Research training held by Ilmu
Politik UNNES
2019 Adjudicator Kompetisi Debat Mahasiswa
Indonesia held by KEMENRISTEKDIKTI regional level
2016 Broadcasting and Anchor Training held by
MA YSPIS
Education
Formal
University
2017-now International Relations in
Universitas Pembangunan Nasional "Veteran" Jawa Timur
High School
2014-2017 Social Sciences of MA YSPIS Rembang
2011-2014 MTs. Islamiyah Syafiiyah Gandrirojo
Nonformal
2009-2015 Madrasah Diniyyah Islamiyah
Syafiiyah Gandrirojo
2017-now Pondok Pesantren Nurul Faizah
Surabaya
Professional
Qualifications
Certifications
and Accreditations
2019 Indonesian Debate Adjudicator in KDMI
2019
2019 Profesional Advocate for social, woman,
and religious issues
2017 Trainer for HANIFIDA method in Memorizing
Alquran
2016 Youth Radio Announcer
Awards
2019 Panel in Go South Convention held by IIS
UGM
2019 Proposal Panel in International Symposium
on Indonesian Politics held by Political Science Department UNNES
2019 Panel in Indonesia-Malaysia Relations
Seminar held by International Relations UNAIR
2019 Indonesia’s Delegate for Internatinal
Leaders Model United Nations in Thailand
2019 The winner of intercompt debate for KDMI
held by UPN “Veteran” Jawa Timur
2018 Top 6 Debat Cyber Marketing
2017 4th place at ASPDC UNAIR
Publications
and Proceedings
2020 Securitization of Hizbut Tahrir Indonesia
2019 Strengthening SAUENESIA Relations thorugh
Globalizing Sholawat
Competition
2019 N1 at National University Debating Competition
national level held by KEMENRISTEKDIKTI
2019 Top 16 Debat HIV/AIDS held by Perbanas
2018 Top 8 Debat SADEWA held by Universitas
Negeri Malang
2018 Semifinalist at Debat Bela Negara held by
UPN “Veteran” Yogyakarta
2017 Top 8 Egrodation held by Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” jawa Timur
2017 Ilqaul Qissah held by IPMAFA Pati
Professional
Memberships
2019 Chief of Science division of LABIRIN HI
UPNVJT
2019 Chief of Training and Development
division of Debate Society UPNVJT
2019 General Secretary of Badan Legislatif
Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
2019 Member of Woman Empowement division of
FNKSDA Surabaya
2018 Co-Founder of Surabaya Language Festival
2018 Ministry of Education and culure FORMASI
2018 member of Science divisi Himpunan
Mahasiswa Hubungan Internasional UPNVJT
Interests
2019 Chair on Short Diplomatic Course held by
HIMATERNAL UPN
2019 MC in Festival Jawa held by Laboratorium
of HI UPNVJT
2019 Moderator at Manuk Bali Kandang 2019 held
by MA YSPIS
2018 MC in Talkshow Internet Marketing held by
CYber Marketing UPN
2018 Poetic Performer at Seminar Nasional
Bidikmisi dan Kontribusi Untuk Negeri
2018 Moderator at Seminar Nasional Meraih
Beasiswa LPDP
2018 MC at Manuk Bali Kandang held by MA YSPIS
2017 Coach at Broadcasting MA YSPIS
Expericence
Seminars
2019 participant in IROFONIC held by
department of International Relations
2019 participant in Kursus Kebangsaan “Radikalisme
dan Terorisme: Impor Konflik ke Indonesia”
2018 participant in
2018 participant in IROFONIC held by
department of International Relations
2018 participant in Talkshow Diplo Fest with Retno
Marsudi
Events
2019 Founder of Model Indonesian
Parliamentary, the first competition in Modelling Indonesian Representatives
2019 Head of Event Model Indonesian
parliamentary held by BLM FISIP
2019 Head of FESTIVAL JAWA held by LABIRIN HI
UPNVJT
2019 Event coordinator in Freshman Orientation
Programme HI UPNVJT
- Penulis dan editor: Duwi Maghfiroh, Alumni BPUN Pati 2017
0 Response to "Ayu Rikza: Baca, Baca, Baca, Bicara"
Post a Comment
Note: only a member of this blog may post a comment.